Sabtu, 14 Juli 2007

Penyakitku

Karena "halangan" yang berkepanjangan membuat aku merasa bersalah untuk memenuhi kebutuhan suamiku.
Akhirnya kami pergi menemui seorang dokter ahli kandungan, di ruangan tunggu yang dipenuhi ibu-ibu yang sedang mengandung, rona bahagia terpancar dari pandangan mereka, menanti bayi yang akan dilahirkan, didampingi suami tercinta, indah sekali pemandangan itu.
Takterasa tiba giliranku untuk menuju ruang pemeriksaan. Aku direbahkan di tempat pemeriksaan, sementara suami menunggu diluar. Setelah selesai dokter menyarankan aku untuk kembali lagi setelah 1 jam, dan dia menyuruhku untuk minum, karena rahimku tidak dapat dilihat melalui USG.
Setelah 1 jam menunggu, akhirnya aku kembali menenui dokter tersebut, dan diperiksa. setelah pemeriksaan, aku berdiskusi dengan dokter tersebut, dan dari hasil pembahasan rahimku difonis mengandung kista, terdiam aku seketika, tetapi dokter mengatakan kista itu tidak berbahaya karena masih kecil. dan aku diberi obat untuk diminum.
Informasi yang disampaikan oleh dokter ku sampaikan kepada suamiku dan dia hanya diam dan tersenyum, dan menyarankan aku untuk tidak lupa meminum obat yang diberikan dokter, supaya cepat sembuh.
Malamya suamiku menonton sepak bola piala dunia 2006, sementara aku minta langsung tidur karena kepalaku pusing kurang darah akibat "halangan" yang berkepanjangan, karena meriahnya suasana di ruang tv dan suhu yang panas, membuatku susah untuk tidur, sehingga aku pindah tidur di semen.
Menjelang pukul 03.00 dini hari suamiku masuk ke kamar, dan dilihat aku sudah tertidur di bawah, dan dipindahkan aku ke atas tempat tidur (sebenarnya aku sudah terbangun karena terdengar pintu ditutup ketika dia masuk), setelah selesai menyelimutiku, mengecup keningku, dia berdoa sambil memelukku "ya Allah apapun yang terjadi pada kami, ataupun pada istriku, tetapkanlah dia sebagai pasanganku sampai akhir hayat". (Amin, I love u ya habibi)

Selasa, 10 Juli 2007

Calang ...oh ... Calang

Calang, 24 Desember 2004 Tsumani menghancurkan seluruh kota Calang tidak terkecuali, bantuan dari manca negara berdatangan mengulurkan tangan bahu-membahu untuk membantu pemulihan kehidupan di kota ini.
Aku tidak pernah membayangkan akan bekerja di kota ini, tetapi tak terasa hampir 2 tahun berjalan sejak aku menginjak kota calang, banyak perubahan-perubahan yang terjadi, yang pertama kami hanya tinggal di tenda, hingga sekarang telah tinggal pada sebuah kamar. Jalan yang harus dilewati antara Calang - Banda Aceh yang pertama ditempuh dengan waktu 7 jam menjadi 5 jam, setelah perbaikan.
Teman-teman seperjuangan 1/1 pergi, baik pulang ke negara masing-masing maupun pergi ke negara yang membutuhkan. Dipenghujung selesainya proyek yang kita kerjakan ini 1/1 teman-teman berkurang, karena berakhirnya kontrak, sedih juga kalau mengingat bagaimana dulu kita bersama membuat suatu sistem untuk menghasilkan lingkungan kerja yang nyaman, dan terkendali.
Walaupun Calang telah memisahkan jarak antara aku dan suami tercinta, banyak kejadian-kejadian yang telah aku alami bersama suami tercinta karena tuntutanku untuk tetap bekerja di kota ini, ditambah permasalahan kami dengan keturunan yang sampai saat ini tak kunjung tiba, tetapi semoga untuk kedepan membuat kami lebih dewasa dalam menentukan sikap dan mengambil keputusan. (I love u ya habib).

Senin, 09 Juli 2007

08 April 2006

Tanggal 08 April 2006, dimana tanggal yang begitu bersejarah dalam perjalanan hidupku, tepat pada tanggal yang sama 6 tahun yang lalu "mantan pacarku" menyatakan "aku suka padamu".

Kami sempat bingung dan sedih saat Kepala Desa menyatakan bahwa wali yang menikahkan harus Ayah Kandung, Paman dari sebelah Ayah, atau Abang Kandung, tidak bisa diwakilkan, karena pertamanya kami menyarankan yang menikahkan cukup hakim wali saja. Walaupun untuk memutuskan hakim wali sebagai orang yang menikahkan saja sebenarnya sudah membuat aku sedih dan berkecil hati.

Mama yang hanya sebagai "Single Parent" membesarkan aku dan adikku, yang untuk membiayai kehidupan saja harus meminta belas kasihan saudara, mengumpul sedikit demi sedikit untuk makan tiap harinya, dan harus bersabar menerima hinaan-hinaan, masih teringat olehku setiap malam mama menangis memikirkan uang sekolah yang harus dibayarkan, tak terbayangkan olehnya dapat membuat pesta perkawinan untuk anak perempuannya.

Akhirnya Abangku sebagai wali yang menikahkanku yang baru kukenal beberapa bulan sebelumnya, kematian papa yang membuat kami bertemu. Pertama kami hanya bertegur sapa melalui telpon, dan bertemu setelah Tsunami melanda Aceh. Tsunami membuat kami harus mengungsi sementara ke Medan, pertemuan dengan keluarga sebelah ayah yang tidak pernah aku kenal sebelumya, mengunjungi makam papa yang telah terkubur selama kurang lebih 2 Tahun, mengunjungin Atok (Nenek) yang sampai akhir hayatnya tidak mengakui keberadaan kami (semoga amal dan ibadahnya ditermima oleh Allah SWT).

Dan Pada tanggal 08/04/2006 bertepatan pada 10 Rabiul Awal, pesta itu terlaksana, yang sampai sekarang aku tak pernah berhenti bersyukur kepada Allah, karena semua urusan dipermudahkan, ada saja rejeki yang tidak bisa diperkirakan, yang semula kami pikirkan hanya nikah saja dan hanya undang saudara-saudara terdekat (karena keterbatasan oleh segi ekonomi), tetapi syukur alhamdulillah atas rahmat dan karunia Allah sehingga acara nikah dapat kami buat dengan sekalian "keunduri" dan dapat dihadiri kurang lebih 1000 undangan.

Pernikahan adalah hari yang membahagiakan bagi setiap insan yang saling jatuh cinta, yang dipersatukan dengan menyebut nama Allah, yang setiap perbuatannya adalah ibadah.
Setiap sholatku ku berdoa selalu agar kita selalu disatukan di dunia dan di akhirat, walupun riak-riak kecil selalu datang menerjang semoga kita dapat melewatinya hingga hanya maut yang memisahkan kita, semoga keluarga kita menjadi keluarga yang shakinah, mawadah, warahmah. Amin.